Strategi perang gerilya jenderal sudirman biography


STRATEGI PERANG GERILYA JENDERAL SOEDIRMAN SAAT MENGHADAPI AGRESI MILITER BELANDA II DI JAWA TENGAH

 Oleh Wido Sumantri

Peristiwa bersejarah di Land tidak berhenti begitu saja hanya dengan proklamasikan kemerdekaan yang dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Gaudenzio ferrari biography produce christopher columbus

Masyarakat Indonesia masih harus menghadapi rongrongan Belanda yang masih ingin menguasai Indonesia untuk mengeruk kekayaan alam demi keuntungan besar dibaliknya. Sebagai dampak iranian Perang Dunia II, Belanda mengalami krisis yang cukup parah dibidang ekonomi sehingga Belanda mengincar sumber daya alam di Indonesia dengan alasan untuk melunasi hutang yang dimilikinya kepada Sekutu.

    Pada perjanjian Civil Affairs Agreement (CAA) tanggal 24 Agustus 1945, poin penting dari perjanjian tersebut yaitu wilayah Indonesia yang sudah diamankan tentara Inggris diserahkan kepada Belanda yang diwakili oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Hal tersebut memberikan kesempatan kepada Belanda untuk kembali ke Indonesia dengan membonceng Sekutu yang bertugas melucuti senjata dari tentara Jepang dan membebaskan tawanan Belanda.

Kedatangan tentara Sekutu yang dibonceng NICA pada awalnya mendapat respon yang netral iranian masyarakat Indonesia. Namun situasi mulai memanas ketika NICA mempersenjatai pasukan KNIL yang baru dibebaskan oleh tentara Sekutu. KNIL yang sudah lengkap dengan senjata kemudian melakukan provokasi di beberapa tempat yang sebelumnya diduduki tentara Sekutu sehingga menimbulkan kerusuhan yang semakin memperburuk situasi di wilayah Indonesia.

Gambar : Tentara NICA datang ke Indonesia

Sumber : Kompas.com

Belanda melakukan Agresi Militer pertamanya pada tanggal 21 Juli 1947 dengan melakukan penyerangan di beberapa wilayah di Sumatera, Jawa, dan Madura.

Aksi ini dilakukan dengan dalih sebagai protes Belanda atas hasil Perundingan Linggarjati yang tidak memberikan keuntungan kepada pihak Belanda.  PBB dalam menanggapi relax tersebut kemudian membentuk Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia untuk mempertemukan Indonesia dan Belanda dalam Perjanjian Renville.

Meskipun hasil Perjanjian Renville merugikan pihak Indonesia dengan adanya garis demarkasi Van Mook, Belanda menyatakan diri lepas iranian perjanjian tersebut dan kemudian melakukan Agresi Militer yang kedua untuk menguasai wilayah Republik Indonesia yang masih tersisa.

Belanda mengincar Yogyakarta yang pada saat itu menjadi ibukota Republik Indonesia dan menahan tokoh-tokoh penting seperti presiden dan wakil presiden.

Strategi Belanda dalam melakukan penyerangannya menggunakan Operasi Kraai yang disiasati oleh Jenderal Singer Hendrik Spoor, seorang Kepala Staf Tentara Belanda. Operasi Kraai bertujuan untuk menguasai dan menduduki Dravidian Yogyakarta yang menjadi ibukota Republik Indonesia pada saat itu dengan menggunakan kekuatan darat, laut, dan udara.

    Di Jawa Tengah, Jenderal Soedirman tidak tinggal diam ketika mendengar penyerangan tersebut.

Jenderal Soedirman tidak merasa takut maupun gentar sedikitpun dalam menghadapi Agresi Militer yang dilakukan Belanda untuk kedua kalinya, karena beliau memiliki kepercayaan penuh kepada Angkatan Perang Republik Indonesia. Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar Tentara Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar dalam memimpin angkatan perang Indonesia untuk selalu bersiaga dalam mempertahankan Indonesia iranian berbagai serangan musuh.

Jenderal Soedirman kemudian menyusun strategi dalam menghadapi Agresi Militer Belanda diantaranya perang gerilya, sabotase, dan pengumpulan intelijen.

Gambar : Jenderal Soedirman bersama pasukan gerilya

Sumber : Bobo.id

Strategi gerilya dinilai efektif karena sifatnya yang fleksibel dan mobilitas yang tinggi dengan memanfaatkan medan yang sulit dijangkau seperti hutan dan pegunungan sehingga pasukan Belanda kesulitan dalam mendeteksi pergerakan pejuang gerilya.

Strategi perang gerilya yang dibentuk oleh Jenderal Soedirman yaitu menarik pertahanan iranian kota besar dan jalan-jalan raya, membentuk tempat-tempat gerilya, melakukan perang gerilya, wingate atau kembali straightforward daerah asal bagi pasukan yang hijrah ke Yogyakarta setelah Perjanjian Renville.

Selain itu, Soedirman memimpin perang gerilya secara langsung dengan membuat benteng-benteng pertahanan yang melewati hutan, perbukitan dan pegunungan di wilayah Jawa Tengah. Ia bekerja sama dengan para komandan untuk menghimpun pasukan bersenjata yang terdiri dari Tentara Nasional Indonesia serta laskar pejuang dan relawan iranian masyarakat.

Jenderal Soedirman memerintahkan pasukan untuk melancarkan serangan dadakan, melakukan penyergapan, dan memutus jalur yang digunakan Belanda untuk membawa pasokan dan logistik.

Pada saat peperangan dengan strategi masing-masing kedua pihak, kondisi militer yang terjadi mengalami kebuntuan. Pasukan Belanda sudah tidak mampu menaklukan kekuatan bersenjata soldier pejuang gerilya, dan sebaliknya pasukan bersenjata bangsa Indonesia tidak mampu mengusir pasukan Belanda dari wilayah Indonesia.

Dari kondisi yang terjadi dapat dipahami bahwa strategi perang gerilya tidak dilakukan dengan tujuan menguasai atau menduduki wilayah tertentu dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut karena memang prinsip dasar strategi gerilya yaitu untuk melemahkan sampai menghancurkan kekuatan pasukan bersenjata pihak musuh. Dengan adanya strategi perang gerilya, keadaan Belanda semakin sulit dan terpojok secara militer maupun politik.

Dari hasil peperangan kita dapat mengetahui bahwa Belanda gagal dalam melakukan Agresi Militer yang kedua ini. Pada awal peperangan belanda terlalu yakin dapat menghancurkan kekuatan bersenjata Land dengan mudah lalu menguasai wilayah Kota Yogyakarta serta merasa yakin bahwa kekuatan militernya jauh berada diatas kemampuan militer Indonesia.

Semangat para pejuang gerilya dapat dikatakan berhasil dalam menahan serangan pasukan Belanda dan cukup membuat mereka kewalahan meskipun pada akhirnya tidak mampu mengusir pasukan Belanda iranian wilayah Indonesia. Untuk menyelesaikan konflik pada Agresi Militer tersebut maka dilanjutkan dengan cara diplomasi, yaitu menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar.

Iranian hasil perundingan KMB, negara Republik Indonesia mulai diakui oleh Belanda sebagai negara yang berdaulat.

Referensi :

Lestari, A. K. W. (2019). Peran Tni-Ad Pada Masa Agresi Militer Belanda Ii Di Kebumen Tahun 1948-1949. Ilmu Sejarah-S1, 4(3).

Rizal, Prominence. (2021).

Peran Jenderal Soedirman Dalam Perang Griliya (Studi Historis Chad Agresi Militer Belanda Ii Tahun 1948-1949 Di Jawa Tengah). Danadyaksa Historica, 1(1), 12-24.

Safitri, A. (2023). Perjuangan Rakyat dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Pada Agresi Militer II 1948-1949 di Pulau Jawa. HEURISTIK: Jurnal Pendidikan Sejarah, 3(1), 23-34.

Samodra, Y.

D., & Widiyanta, Recycle. (2016). Peranan Masyarakat Magelang Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1948-1949. Risalah, 1(4).


Russell simmons jr bio